Irman Gusman Studi Regulasi Atas Armenian Farmer Market


Kota Yerevan, ibukota Armenia merupakan kota tua yang cukup padat. Namun, di jantung kota berdiri sebuah bangunan besar bernama Armenian Farmer Market. Di sinilah para pedagang kecil di Armenia menjajakan hasil-hasil dagangannya. Pemerintah Kota Yerevan membuat regulasi untuk menghidupkan pedagang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memasarkan produk-produknya di tengah kota. Contoh yang patut ditiru di Indonesia.

Sebagaimana kota-kota lain, di Yerevan mal-mal dan pusat perbelanjaan modern juga tumbuh. Namun, pemerintah kota masih mempertahankan pasar tradisional di tengah kota. Pasar ini diberi nama Armenian Farmer Market, tempat ratusan pegadang kecil dan menengah untuk berjualan. Barang-barang yang dijual juga bermacam-macam sebagaimana di pasar-pasar tradisional, seperti buah-buahan, daging, ikan, oleh-oleh khas Yerevan, bumbu masak, sayuran, pakaian, sepatu, jaket, dan lain-lain.

Karena lokasi ini sangat menarik untuk dipelajari, Dubes RI untuk Ukraina, Georgia, dan Armenia Niniek N Karyati mengajak Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman, untuk blusukan ke pasar yang terdiri dua lantai ini di sela-sela kunjungan dinas di Armenia. Selama hampir 1 jam, Irman Gusman didampingi Wakil Ketua DPD Farouk Muhammad serta para anggota DPD lainnya berkeliling di pasar ini.

Irman Gusman mengunjungi berbagai macam stand jualan, mulai dari buah-buahan khas Armenia yang dikeringkan, makanan khas Armenia, kopi, daging ayam, hingga buah-buahan. “Ini kopi dari mana bu?” tanya Irman. Pedagang perempuan itu menjawab, kopi yang ia jual didapat dari berbagai negara penghasil kopi. “Ada tidak kopi Indonesia?” tanya Irman. Perempuan itu menggeleng. Kopi Indonesia belum masuk ke Armenia.

Irman juga bertanya mengenai sewa tempat di pasar tradisional ini. Pedagang kopi ini hanya menyewa tempat 2 meter persegi dan ia bayar sewa sekitar US$ 60 per bulannya. Uang sewa sebesar itu tidak terlalu mahal untuk sebuah tempat usaha di tengah kota. “Jadi, si ibu ini bayar sewa hanya US$ 2 per harinya,” kata Irman.

Dari blusukan ini, diketahui bahwa pasar tradisional ini dikelola oleh perusahaan swasta. Pemerintah Kota Yerevan hanya membuat regulasi untuk mempertahankan market pedagang kecil dan menengah di tengah kota.

“Jadi, pemerintah memberi tempat bagaimana pedagang kecil Armenia ini bisa menjual barang-barang yang dihasilkan Armenia. Pasar ini sangat ramai kalau hari Sabtu dan Minggu,” kata Dubes Niniek.

Irman menyatakan, konsep pasar tradisional Armenia ini bisa ditiru oleh pemerintah daerah di Indonesia. “Yang mengelola swasta tidak masalah, yang penting pedagang kecil bisa mendapatkan tempat untuk menjual hasil dagangannya. Ini nanti yang kita dorong ke daerah-daerah,” ujar Irman.

Pemantauan detikFinance, meski pasar tradisional menjajakan juga barang-barang basah seperti daging dan ikan, namun pasar ini tampak bersih dan kering. Pengelola mengerahkan petugas kebersihan (cleaning service) untuk membersihkan pasar setiap saat. Pasar ini juga tidak berbau amis dan memiliki ventilasi udara yang sangat baik. Gedung ini memiliki langit-langit yang tinggi, sehingga pembeli juga nyaman saat datang ke tempat ini.

Lantai pertama pasar ini memiliki stand untuk pedagang makanan, buah-buahan, bumbu masak, sayuran, daging, keju, dan sebagainya. Sedangkan lantai dua terdiri stand untuk jualan pakaian, sepatu, dan barang-barang fashion lainnya.

Leave a comment